Monday, June 14, 2010

Sirkulasi Emosi

Beberapa waktu ini saya memperhatikan orang-orang lalu lalang di depan saya. yang berdiri lama ataupun yang sekedar lewat tanpa melirik. mengapa emosi mereka berbeda-beda ya? kok bisa begitu? pertanyaan bodoh. saya hanya bisa mengeluarkan tak sepatah katapun, dan terus menyelami lautan emosi orang-orang ini. dan sayapun berkaca...

Saya hanya perempuan lemah yang mencoba berdiri tegap dan melangkah perlahan menuju kedewasaan. saya tidak begitu peduli dengan apa yang orang katakan mengenai proses hidup saya. (hhmm tergantung sih, siapa orang itu dan bagaimana dia mengatakannya..) secara emosi, saya hancur. setiap saya membuka mata hingga menutup mata di setiap hari nya, emosi saya bisa dibilang berantakan. yaaa tapi inilah sebuah bentuk dari perputaran, menurut saya. sirkulasi emosi..

Saat ini, saya hanya mensyukuri di setiap hari yang saya lalui.. dan saya akan terus berusaha membuat esok bisa sedikit lebih baik dari hari ini.. saya tidak akan membicarakan bisa atau tidak, tapi mau atau tidak.. jika saya mau, masa' kamu tidak? ;)

Thursday, June 10, 2010

Kata Orang


Kata orang, kalau kita sedang memikirkan seseorang dengan hati, orang itu juga sedang memikirkan kita pada saat yang bersamaan.

Kata orang, kalau ada kupu-kupu hinggap disebuah ruangan artinya akan datang tamu kedalam ruangan itu.

Kata orang, kalau telinga kita merasa berdengung di kiri artinya ada orang yang sedang membicarakan keburukan kita, dan kalau telinga berdengung di kanan artinya ada orang yang sedang membicarakan kebaikan kita.

Kata orang, kalau ada bulu mata yang jatuh artinya ada orang yang kangen dengan kita.

Kata orang, kalau ada titik putih di jari-jari kita, jika dikanan ada yang suka, jika dikiri ada yang benci dengan kita, dan rupa orangnya sama dengan bentuk jari itu. Contohnya, ada titik putih di jari tengah tangan kanan berarti ada orang yang menyukai kita dengan perawakan tinggi.

Kata orang, kalau ada gelas pecah karena kita, artinya ada sesuatu yang buruk terjadi dengan orang terdekat kita.

Dan sebagainya..

Kalau kata saya, TERSERAH DEEHHH, kata orang mulu.. ;)

Tidur (kembali) atau Bangun?

Do you know where Wonderland is? Hmm, for me, wonderland is the place you visit in your dreams that strange and wondrous land where nothing is as it seems. Last night I had a dream about it. Hoho. It was really beautiful! The first strange thing that I saw in Wonderland was a white rabbit wearing big pants and a waistcoat, and screaming “I’m late, I’m late, I’m late, No time to say hello goodbye, I’m late!” Hahaha! Saya bukan Alice. Intermezzo: Jadi segala cerita kelinci itu tidak ada.

Namun dimensi yang saya lihat tadi malam mungkin tidak jauh berbeda dengan apa yang Alice lihat. Sore hari, diawal mimpi, saya melihat sebuah komidi putar yang dinaiki oleh semua sahabat terbaik saya. Raut muka cerah melayang padat diantara mereka. Kemudian saya berjalan mendekati sebuah rumah pohon dari kayu yang tingginya sekitar 400m diatas permukaan mimpi. Rumah itu sangat nyaman dan sejuk, hingga sekumpulan ekor tupai berekor sangat tebal melakukan jamuan minum teh disana. Saya ingin naik dan bergabung dengan mereka, namun saya lebih memilih untuk terus bergerak maju dengan dua kaki ini.

Belum sempat saya menarik nafas, kilauan fatamorgana menyilaukan pandangan dengan radius satu meter saja. Saya mendekat, lalu hilang. Saya mendekat lagi, dan hilang hilang lagi. Hhmm apakah saya harus terus menjauh agar saya dapat melihat keindahan, yang mungkin memang bukan diciptakan untuk saya? Aah saya tidak peduli, toh ini hanya mimpi.

Kemudian saya terbangun dari mimpi dan lagi2 seperti ada benda berat yang menimpa tubuh ini, hingga saya tidak bisa bergerak dan bangun. Satu pertanyaan menyentak datang, saya mau tidur lagi dan meneruskan mimpi indah itu atau bangun untuk menggapainya? ;)

Kering Air Mata

Lelah pikiran ini

Aku bodoh atau apa?

Ribuan langkah sebagai alat penyalur pikiran anak kecil mengajakku berlari ke sudut ruang mengalihkan mimpi malam yang kelam..

Aaaaahhh...!!

Aku lelah..

Lelah..


Benarkah kata itu telah membangunkanku dari tidur panjang ini?

Betapa aku telah merubah hidupku menjadi sobekan kertas yang diterbangkan angin jatuh ke bumi dan hanyalah menjadi sebuah, debu..

Berkali-kali aku menorehkan arang di pikiranku

Berkali-kali aku menggoreskan luka di pikiranku

Pikiran ini benar-benar terhantam ombak besar

Dalam kepura-puraan kukatakan pada hati, bahwa alam yang telah melukiskan nasib menutup diri yang terbuka malunya pada siapa saja

Tak terkecuali burung dan batu-batu

Aku ingin pergi saja mencari kesenyapan dalam ruang


Di sisi ruang hampa itu, dalam diamku
Hatiku pun berbisik
Aku Bingung

Desis-desis sunyi...

Kemudian kubiarkan air mata ini hingga mengering

Pernah?


Dulu aku egois.

Dulu aku pemarah.

Dulu aku pendendam.

Dulu aku sombong.

Dulu aku sampah!

Itu dulu..


Pengalaman buruk telah menyentil aku disaat usiaku 13 tahun. Rasanya semua kejadian demi kejadian yang aku lewati saat itu masih terekam jelas di otakku, dan mungkin, akan selalu ada dan tidak akan pernah mau ku kubur dalam-dalam. Karena itulah yang menuntun ku untuk terus hidup.


Saat itu aku, 13, gadis kecil yang (terlihat) bahagia, berjalan kaki di suatu gang kecil untuk mencari ilmu. Kumuh. Kotor. Bau. Saat itu aku hanya punya mama. Papa? Ada, namun..

Anyway..


Kamu pernah tinggal di satu kamar kecil, berukuran 3 m x 4 m, berdua dengan mama?

Kamu pernah tidur beralaskan kasur tipis?

Kamu pernah melihat ibumu sendiri tidur hanya beralaskan tikar?

Kamu pernah merasakan dingin disaat malam yang hangat?

Kamu pernah makan nasi, kerang, dan sambal dengan harga Rp5000 setiap hari, dan disantap berdua dengan mama?

Kamu pernah menangis tiap malam selama 6 bulan?

Kamu pernah malu bertemu teman2?

Kamu pernah pergi sekolah dengan berjalan kaki?

Kamu pernah harus selalu antre saat ingin mandi?

Kamu pernah tinggal satu atap dengan seorang pelacur?

Kamu pernah hidup berdua dengan ibumu selama 2 bulan hanya dengan uang 2 juta rupiah?

Kamu pernah mendengar ayahmu sendiri menjelek-jelekan ibumu?

Kamu pernah melihat ibumu hampir mati di tangan ayahmu sendiri?

Hmm, mungkin tidak.

Tapi aku…, pernah.


Loves,

Ayumi Astriani