Tuesday, January 24, 2012

Beku

Suatu hari saya duduk di salah satu restoran dalam pusat perbelanjaan di daerah senayan (ada Senayan City, Plaza Senayan, Ratu Plaza, Fx, STC Senayan. Kira-kira yang mana hayooh? hehe..) berdua, dengan laptop saya. Saat itu saya tidak hanya sedang duduk berhayal, mengawang, dan bermimpi tanpa tidur, tapi saya sedang menunggu seseorang datang untuk berbicara. Berbicara tentang hari esok, literally.

Saya dan dia mungkin memulai segala nya dengan sangat aneh, lucu, dan bisa dibilang salah. Hmm, tapi jika memang benar itu sebuah kesalahan, tidak ada satuun dari kami yang menyesalinya. Ya, saya dan dia sudah sempat berbicara tentang "bab 1" ini.

Satu jam berlalu, dan dia datang. Entah air-conditioner di Mall ini sengaja dipilih dengan merk terbaik dan terdingin, atau hanya perasaan saya saja? Pembicaraan dimulai dengan sangat aneh. Saya berbicara tentang perasaan saya. Dia berbicara tentang perasaan dia. Oke, jika anda tidak mengerti apa yang sedang saya coba ceritakan disini, anda bisa membuka tulisan saya berjudul "no-egosiasi" di dalam blog ini. Silahkan..

Sudah? Naaah.. ternyata saya dan dia merasa nyaman satu sama lain. Gimana? Bahaya kan? Saya dan dia terus berbincang hal-hal penting dan tentu saja yang tidak penting. Suasana mulai mencari dan tangan saya pun mulai hangat. Semua itu berjalan dengan sangat hangat hingga sebuah pertanyaan keluar dari bibir dia. Saya yakin, jika dalam film, adegan ini dibuat long shot siluet, zoom ke bibir dia, dan dibuat slowmotion saat dia bertanya "Yaudah gini deh, make it simple. Lo mau gak kita pacaran? Pilihan jawabannya cuma, iya atau gak. take your time."

*zoom in zoom out*
*muka dia muka gw muka dia muka gw*
*zoom in zoom out*

Bersambung..

Love,
Ayumi Astriani

Tuesday, January 17, 2012

Gagal Santai

Terus mencoba untuk jadi orang baik adalah ikhtiar dengan cobaan terbanyak menurut saya. Di dalam perjalanannya, sabar tanpa batas, ikhlas tanpa keluh, dan positif tanpa negatif, memang sering kali dimanfaatkan oleh sebagian oknum yang terus ingin mencabut kasar kata “tanpa”, tanpa pertanggung-jawaban.

Seorang teman yang sedang ber-ikhtiar pernah bercerita tentang pencabutan kata “tanpa” ini dan kemudian berkata. “Gw sih santai orangnya, tapi gak sesantai itu juga!”. Dan oknum tak bertanggung-jawab itu pun bersorak karena telah berhasil mencabut kata tanpa. Gagal maning, gagal maning soooonn. ;p

Cheers,

Ayumi Astriani

Am I Right, or Am I Right?


Gue sih cerita kayak gini cuma pengen dingertiin aja sama lo..

Sahabat Laki-Laki Ayumi, “Ngerti yuumm.. Kalo ngedeketin cewek trus di dompetnya si cewek masih ada foto sang mantan juga gw ngerti..”


Itu adalah sepenggal obrolan dua manusia pelaku cinta yang amatir. Dan kita berdua sangat afirmatif dalam hal ini. Haha. Sepertinya apa yang dialami sahabat saya ini lebih menyedihkan daripada saya. Hmm, sejujurnya saya tidak tahu sama sekali tentang kronologis kejadian saat dia menatap tatapan sang mantan itu, jadi saya akan bercerita tentang saya.

Tragedi yang kami alami sih bisa dikatakan sebagai salah satu bagian dalam pembagian kata menurut artinya. Dari buku yang saya baca karangan Poespoprodjo dan Gilarso, hal ini terbagi menjadi tiga; Univokal (sama bentuknya, sama artinya), Ekuivokal (sama bentuknya, lain artinya), dan Analogis (sama bentuknya, sedangkan artinya ada kesamaan dan perbedaan). Naaaahh, artinya tragedi kita ini bisa dimasukkan kedalam genk Analogis kan? Setuju? Hehehe..

Selalu ada catatan dari sebuah cerita baru. Dan cerita yang paling menarik sejauh ini adalah tentang cinta. Sebuah grup band lucu-lucuan saja hingga pernah mengeja kata ini sehingga terdengar lebih dramatis, C-I-N-T-A. Terima kasih loohh! *jitak*

Karena media ini adalah media one-way-communication, saya tidak akan melakukan tanya jawab disini. Tapi saya akan bertanya, dan mencoba untuk menjawabnya sendiri. (ngenes yee,,) Pertanyaannya, “Bolehkan seseorang melakukan pendekatan dengan lebih dari satu orang?” Begini begini, mungkin anda terlintas jawaban “ya boleh laah, kan masih pendekatan” atau “ya boleh, namanya juga single” Tapi kita coba lihat ini dari dua kaca mata yang berbeda.

Kaca Mata 1.

Untuk poin pertama ini saya akan jadi pelaku. Yang melakukan pendekatan dengan dua laki-laki atau lebih. Yang memberikan perhatian, intensitas, dan harapan yang adil. Saya akan membelah dan membela diri dengan berkata “Gw single, gw deket sama dua cowok gak apa-apa dong? Kan gw mau cari yang paling pas buat gw. Gw mau cari yang cocok sama gw. Punya pilihan kan lebih baik daripada tidak punya pilihan, iya gak? Am I right, or am I right?

Kaca Mata 2.

Untuk poin ini saya akan jadi korban. Yang melakukan pendekatan dengan satu pria saja. Yang merasa mendapatkan perhatian, intensitas, dan harapan yang menurut saya adil. Saya tidak akan membelah diri tapi membela diri dengan “Gw gak suka lah jadi pilihan. Emangnya ada, orang yang mau dijadiin pilihan? Kalo ada dua cowok yang deketin gw, gak pernah gw kasih harapan kedua-duanya, pasti gw diem dulu sampe gw tau gw mau deket sama yang mana. Nah waktu gw udah mutusin mau deket sama siapa, ya udah, gw akan deket sama dia dan gak mau deket sama lain. Jadi wajar dong gw mau dia juga cuma pendekatan sama gw, yaa secara itu juga yang gw lakuin sama dia, iya gak? Am I right, or am I right?

Kedua kaca mata ini termasuk dalam analogis juga, memiliki perbedaan dan persamaannya masing-masing. Perbedaannya adalah siapa yang disakiti dan siapa yang tersakiti. Persamaannya adalah sama-sama egois. Hahahaa. Menurut saya sih ya tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Karena ini memang benar-benar dari kacamata yang berbeda, yang satu kaca mata dari otak, yang satu lagi kaca mata dari hati. Dan seperti tulisan saya dua tahun yang lalu dalam blog ini, bahwa otak dan hati kembali dianalogikan seperti air dan minyak, seperti jas dan sepatu kets, seperti cicak dan nyamuk, atau seperti anda dan saya. Tidak bisa disatukan. ;p

Beers,

Ayumi Astriani

Monday, January 9, 2012

Ketika Jiwa dan Raga Memilih untuk Berpisah

I'm reading an absurd-est book ever. Judulnya 'Lo-Gue-End" karya Zara Zetirra ZR. In the name of God, i never buy this book. Saya mendapatkan buku ini secara cuma-cuma langsung dari Mbak Zara saat saya bernyanyi di launching buku terbarunya ini.

Saat pertama kali membaca judul dan melihat sampul buku ini, saya sedikit mencibir dalam hati "ini cheesy yah kayaknya cerita nya.. paling cerita-cerita percintaan anak muda lagi.. bosen ah..". Kemudian saya pulang dan meletakkan buku ini di satu sisi di kamar saya (baca: sembarangan)

Beberapa minggu kemudian, pada salah satu akhir pekan yang saya habiskan dengan partner hidup saya sepanjang masa, saya biasa panggil dia "bayangan" (sedih yeee), akhirnya saya membuka buku ini di halaman pertama. Dan saya membacanya. Dan hari ini saya sampai pada halaman 297. "Oke, ternyata isinya diluar dugaan saya."

Baiklah, ini tentang Astral Projection. Menarik!

Astral Projection Travel adalah suatu keadaan di mana jiwa kita melakukan perjalanan sendiri ke tempat lain, terpisah dari tubuh kita. Tapi ini bukan suatu mimpi, karena jika ditilik, jiwa kita benar-benar berada di tempat lain tersebut, dan bisa melakukan suatu aktivitas di sana. Metode Astral Projection di bawah ini hanya bisa diterapkan pada diri sendiri. Membuat orang lain melakukan “Astral Projection” memerlukan kemampuan yang sangat tinggi. Yaaa jadi untuk anda yang ingin mencoba berpetualangan ke "dunia lain" ini, saya akan memberikan sebuah metode yang jika anda melakukan nya dengan benar, anda sudah bisa dikatakan sebagai Astral Projector. Sudah siap....?

Metode Astral Projection :

1. Anda harus berada dalam kondisirelaksasi yang sangat dalam”. Maka berbaringlah, dan mulailah untuk mengencangkan, lalu meregangkan otot-otot anda, mulai dari otot kaki hingga otot wajah. Tenangkan pikiran anda, pejamkan mata anda, tapi jangan tidur.2. Setelah anda mencapai kondisirelaksasi yang sangat dalam”, kini saatnya untuk mengontrol nafas anda. Bernafaslah dengan pelan dan dalam, rasakan tiap tarikan nafas yan masuk dan keluar dari dalam tubuh anda. Lakukan terus hal ini sampai anda merasa telah memasuki alam relaksasi anda lebih dalam lagi.

3. Pada poin ini, ada dua hal yang harus anda perhatikan. Tubuh anda yang asli, dan tubuh astral anda. Jika anda merasa bahwa tubuh asli anda semakin berat dan semakin berat, inilah saatnya untuk membentuk tubuh astral anda. Bentuk tubuh astral anda dengan membayangkan benda-benda yang sangat ringan seperti gelembung sabun atau bulu. Rasakan benda-benda tersebut mulai naik ke atas, meninggalkan tubuh anda. Rasakan bahwa anda akan melayang ke atas, dan menjadi sangat-sangat ringan.

4. Anda dinyatakan berhasil mencapai tahap ini jika berhasil menciptakan suatu “infra merah”, yang membuat segalanya yang sebelumnya gelap gulita mulai tampak detailnya. Anda mungkin akan merasa berada di sebuah ruang yang disinari cahaya ungu. Teruslah berkonsentrasi, buat cahaya-cahaya yang menerangi ruangan jauh lebih terang dari sebelumnya. Cobalah untuk berkonsentrasi pada suatu objek yang anda bayangkan ada di ruangan tersebut, misalkan bulan atau gambar. Jika berhasil, mata anda akan terasa sangat berat dan terpejam, namun anda tetap melihat segalanya dengan sangat jelas. Pada tahap ini, jangan kaget jika saat melihat ke bawah, anda menemukan tubuh anda sedang tertidur lelap. Jika hal ini sudah terjadi, selamat! Astral Projection anda telah berhasil.

Jadi gimana, tertarik untuk mencoba? Silahkan.. Tapi hingga saat ini saya belum bisa memberikan informasi bagaimana cara kembali dari dunia astral ke dunia nyata. Jadi bagi anda yang beragama islam, ada baiknya sebelum melakukan Astral Projection untuk membaca dua kalimat syahadat. Jadi setidaknya jika anda tidak bisa kembali lagi ke dunia nyata, anda bisa berpetualang seumur mati di surga. ;p

Cheers,

Ayumi Astriani